ditulis oleh Kade Galuh
“Be positive thinker, optimist, do what you can do now”
Sangat optimis! Gak ada habisnya kalau ngobrol bersama cewek chubby satu ini. Orangnya paling gak bisa diam, kadang jayus, kadang ngeres, bawaannya pengin tertawa selalu. Jauh dari kesan sangar, memang cocok kalau dia masuk dalam divisi Pendamping Kelompok (Dampok). Catherine Diyanti. Biasa dipanggil Arin.
Berada di FISIP UAJY sebagai mahasiswa angkatan 2008, Arin bercita-cita menjadi seorang Humas. Oleh karena itu, ia mengambil konsentrasi mayor public relation dengan minor Pemasaran & Advertising.
Pada bulan Juli mendatang, ia punya kesibukan. Ia akan menggantikan temannya sebagai penjaga rental komik di Selokan Mataram. Membaca komik, novel, atau cerita fiksi lainnya memang sudah menjadi kegemarannya dalam mengisi waktu luang.
Kadang kalau sudah capek ngobrol bersama Arin saking ngocolnya, sempat terlintas ngasih unjuk kecoa di depannya. Wah! Pasti langsung sepi deh. “Kecoa tuh… ih njijiki.” Memang sih dia takut dengan kecoa. Tapi justru tergila-gila dengan yang namanya babi. “All about pig lah, mau daging babi untuk dimakan, boneka babi, atau pernak-pernik apapun asalkan babi,” ujarnya. Setelah ditanya kenapa, “Babi tuh lucu, nggemesin, chubby seperti aku.”
Ditanya soal makanan, Arin pemakan segala alias omnivora. Dia suka banget dengan yang namanya nasi goreng. Kalau pelepas dahaga sih bisa dengan air putih atau susu. Sedikit bercerita, dahulu Arin selalu minum susu di pagi hari. Namun karena jadwal kuliah yang tidak lagi rutin, ikut merubah jadwal bangun paginya. Akhirnya, sudah tiada lagi ritual minum susu tiap pagi.
Selama dua semester kuliah, Arin merasa Pak Kun adalah dosen yang paling tidak bisa ia mengerti. “Sefokus apapun aku dengerin dia ngajar, tetap saja gak dong (mengerti)!”Katanya ngotot.
Jangan salah! Ternyata Arin bisa juga serius saat ngomongin job desk-nya sebagai dampok. “Dampok tuh sebagai fasiliator untuk mahasiswa baru (maba). Harus bisa bawa suasana menyenangkan di tengah-tengah maba,” katanya menjelaskan.
Usut punya usut, Arin terobsesi menjadi seorang teladan di mata maba.
Serupa dengan dirinya yang juga tak menyangka ternyata orang-orang dalam panitia itu asyik. “Awalnya aku pikir bad guy gitu, ternyata...pokoknya aku sadari banget pepatah don’t judge a book by its cover.”
Arin lagi-lagi menekankan panitia harus bisa menjadi teladan bagi maba, tidak hanya saat inisiasi, tetapi juga untuk seterusnya. Inisiasi harus dapat dinikmati tidak hanya oleh maba, tetapi juga oleh panitia itu sendiri.
“Be positive thinker, optimist, do what you can do now”
Sangat optimis! Gak ada habisnya kalau ngobrol bersama cewek chubby satu ini. Orangnya paling gak bisa diam, kadang jayus, kadang ngeres, bawaannya pengin tertawa selalu. Jauh dari kesan sangar, memang cocok kalau dia masuk dalam divisi Pendamping Kelompok (Dampok). Catherine Diyanti. Biasa dipanggil Arin.
Berada di FISIP UAJY sebagai mahasiswa angkatan 2008, Arin bercita-cita menjadi seorang Humas. Oleh karena itu, ia mengambil konsentrasi mayor public relation dengan minor Pemasaran & Advertising.
Pada bulan Juli mendatang, ia punya kesibukan. Ia akan menggantikan temannya sebagai penjaga rental komik di Selokan Mataram. Membaca komik, novel, atau cerita fiksi lainnya memang sudah menjadi kegemarannya dalam mengisi waktu luang.
Kadang kalau sudah capek ngobrol bersama Arin saking ngocolnya, sempat terlintas ngasih unjuk kecoa di depannya. Wah! Pasti langsung sepi deh. “Kecoa tuh… ih njijiki.” Memang sih dia takut dengan kecoa. Tapi justru tergila-gila dengan yang namanya babi. “All about pig lah, mau daging babi untuk dimakan, boneka babi, atau pernak-pernik apapun asalkan babi,” ujarnya. Setelah ditanya kenapa, “Babi tuh lucu, nggemesin, chubby seperti aku.”
Ditanya soal makanan, Arin pemakan segala alias omnivora. Dia suka banget dengan yang namanya nasi goreng. Kalau pelepas dahaga sih bisa dengan air putih atau susu. Sedikit bercerita, dahulu Arin selalu minum susu di pagi hari. Namun karena jadwal kuliah yang tidak lagi rutin, ikut merubah jadwal bangun paginya. Akhirnya, sudah tiada lagi ritual minum susu tiap pagi.
Selama dua semester kuliah, Arin merasa Pak Kun adalah dosen yang paling tidak bisa ia mengerti. “Sefokus apapun aku dengerin dia ngajar, tetap saja gak dong (mengerti)!”Katanya ngotot.
Jangan salah! Ternyata Arin bisa juga serius saat ngomongin job desk-nya sebagai dampok. “Dampok tuh sebagai fasiliator untuk mahasiswa baru (maba). Harus bisa bawa suasana menyenangkan di tengah-tengah maba,” katanya menjelaskan.
Usut punya usut, Arin terobsesi menjadi seorang teladan di mata maba.
Serupa dengan dirinya yang juga tak menyangka ternyata orang-orang dalam panitia itu asyik. “Awalnya aku pikir bad guy gitu, ternyata...pokoknya aku sadari banget pepatah don’t judge a book by its cover.”
Arin lagi-lagi menekankan panitia harus bisa menjadi teladan bagi maba, tidak hanya saat inisiasi, tetapi juga untuk seterusnya. Inisiasi harus dapat dinikmati tidak hanya oleh maba, tetapi juga oleh panitia itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar