ditulis oleh Paulina Damayanti
Mungkinkah hal di dunia ini yang kita benci dan sama sekali tidak kita pahami berubah menjadi hal yang sangat kita cintai dan bahkan dapat memberi penghidupan bagi kita? Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Begitu juga pengalaman yang dialami oleh pengidola Megan Fox ini, Xaverius Cornelisen Satrio, atau yang biasa disapa Xave.
Cowok kelahiran Yogyakarta, 18 November 1988 ini lahir dengan bakat menulis yang diwariskan oleh ayahnya, Stephanus Geroda. Tak heran jika dari kecil, penyuka musik Jazz dan RnB ini sudah mulai menyukai dunia tulis menulis. ”Awalnya cuma dari menulis buku harian, tepatnya dari kelas 3 SD. Kemudian dari situ aku semakin suka menulis dan menghasilkan beberapa karya, yaitu cerpen, opini dan kadang juga puisi,” Ungkap cowok yang mengaku sudah mengumpulkan sedikitnya 25 buku harian sejak dia kelas 3 SD.
Selain menulis, Xave yang menjabat sebagai koordinator divisi Jurnal juga mempunyai hobi memotret. Berpuluh-puluh foto karyanya kini telah memenuhi folder di laptop kesayangannya. Saat ini, dia mengaku juga bekerja sebagai fotografer freelance di Solo dan mengajar Choreography di SMP Immaculata.
Dunia tulis menulis dan fotografi memang sudah menjadi favoritnya sejak kecil, namun dia tidak menyangka jika hal yang selama ini dibenci dan sama sekali tidak dikuasainya, kini justru sangat dicintai dan bahkan memberi kehidupan baginya. Yaitu dunia dance dan cheers.
“Awalnya, aku cuma ’diculik’ temenku dan diajak gabung di kelompok dance dia yang sering latihan di Societet (Taman Budaya).” Namun, saat pertama kali mengikuti latihan, Xave mengaku hanya dapat terkagum dan tak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya Xave tak diterima menjadi anggota dance tersebut. Justru di sinilah awal mulanya, karena merasa mulai tertarik di dunia dance, dia tidak ingin menyerah begitu saja.
Latihan demi latihan yang dilaluinya membuahkan hasil, kini cowok penyuka perkedel buatan ibunya ini sudah sangat mahir nge-dance dan tergabung dalam Flash All Dance. Bersama Flash All Dance, penyuka warna hitam dan hijau ini mulai menjuarai berbagai kompetisi baik di tingkat daerah maupun nasional. Kejuaraan terakhir yang diraihnya adalah dia dan 250 teman lainnya, yang terrgabung dalam Dream All Stars berhasil memecahkan rekor MURI sebagai piramid tertinggi dan tercepat, yang bertempat di PRJ Jakarta pada bulan Januari lalu.
Tanggapannya atas prestasi-prestasi yang telah di raihnya, pengidola Obama ini menjawab, ”buat aku, 99% itu adalah kerja keras, dan 1% bakat. Jadi kalau sebelumnya kita tidak punya bakat dalam suatu hal yang kita sukai, tapi kita mempunyai kemauan keras untuk bisa, maka kita pun akan menjadi juara atau apapun yang kita mau. Kuncinya jangan pernah menyerah sebelum berperang.”
Mungkinkah hal di dunia ini yang kita benci dan sama sekali tidak kita pahami berubah menjadi hal yang sangat kita cintai dan bahkan dapat memberi penghidupan bagi kita? Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Begitu juga pengalaman yang dialami oleh pengidola Megan Fox ini, Xaverius Cornelisen Satrio, atau yang biasa disapa Xave.
Cowok kelahiran Yogyakarta, 18 November 1988 ini lahir dengan bakat menulis yang diwariskan oleh ayahnya, Stephanus Geroda. Tak heran jika dari kecil, penyuka musik Jazz dan RnB ini sudah mulai menyukai dunia tulis menulis. ”Awalnya cuma dari menulis buku harian, tepatnya dari kelas 3 SD. Kemudian dari situ aku semakin suka menulis dan menghasilkan beberapa karya, yaitu cerpen, opini dan kadang juga puisi,” Ungkap cowok yang mengaku sudah mengumpulkan sedikitnya 25 buku harian sejak dia kelas 3 SD.
Selain menulis, Xave yang menjabat sebagai koordinator divisi Jurnal juga mempunyai hobi memotret. Berpuluh-puluh foto karyanya kini telah memenuhi folder di laptop kesayangannya. Saat ini, dia mengaku juga bekerja sebagai fotografer freelance di Solo dan mengajar Choreography di SMP Immaculata.
Dunia tulis menulis dan fotografi memang sudah menjadi favoritnya sejak kecil, namun dia tidak menyangka jika hal yang selama ini dibenci dan sama sekali tidak dikuasainya, kini justru sangat dicintai dan bahkan memberi kehidupan baginya. Yaitu dunia dance dan cheers.
“Awalnya, aku cuma ’diculik’ temenku dan diajak gabung di kelompok dance dia yang sering latihan di Societet (Taman Budaya).” Namun, saat pertama kali mengikuti latihan, Xave mengaku hanya dapat terkagum dan tak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya Xave tak diterima menjadi anggota dance tersebut. Justru di sinilah awal mulanya, karena merasa mulai tertarik di dunia dance, dia tidak ingin menyerah begitu saja.
Latihan demi latihan yang dilaluinya membuahkan hasil, kini cowok penyuka perkedel buatan ibunya ini sudah sangat mahir nge-dance dan tergabung dalam Flash All Dance. Bersama Flash All Dance, penyuka warna hitam dan hijau ini mulai menjuarai berbagai kompetisi baik di tingkat daerah maupun nasional. Kejuaraan terakhir yang diraihnya adalah dia dan 250 teman lainnya, yang terrgabung dalam Dream All Stars berhasil memecahkan rekor MURI sebagai piramid tertinggi dan tercepat, yang bertempat di PRJ Jakarta pada bulan Januari lalu.
Tanggapannya atas prestasi-prestasi yang telah di raihnya, pengidola Obama ini menjawab, ”buat aku, 99% itu adalah kerja keras, dan 1% bakat. Jadi kalau sebelumnya kita tidak punya bakat dalam suatu hal yang kita sukai, tapi kita mempunyai kemauan keras untuk bisa, maka kita pun akan menjadi juara atau apapun yang kita mau. Kuncinya jangan pernah menyerah sebelum berperang.”
0 komentar:
Posting Komentar