ditulis oleh Kade Galuh
Sudah menjadi rahasia umum kalau jumlah kawan-kawan Sosiologi tuh lebih kecil dibandingkan anak-anak Komunikasi. Di angkatan 2008, terdapat 12 anak sosiologi di antara ratusan anak komunikasi.
Sedikitnya kuantitas anak sosiologi berimbas pada minimnya partisipasi mereka dalam kegiatan-kegiatan FISIP UAJY. Kepanitiaan Inisiasi FISIP UAJY 2009 misalnya, hanya tiga orang saja berlatar belakang Sosiologi. Itu masih ditambah dengan tidak ada seorang pun berasal dari angkatan 2008. Nah... salah satu dari tiga orang tersebut bernama Afril.
Kesan pertamaku melihat cowok ini tentu saja: Sangar! Wah ngeri deh mau buat janji wawancara. Tetapi penilaianku itu langsung berubah total setelah melihat senyum manis yang selalu dipamerkannya. Hmm, ternyata kawan-kawan divisi Keamanan gak melulu orang-orang sangar tuh…
Afrildus, dilahirkan di sebuah rumah sakit -yang terlupakan namanya- di Jakarta, 18 April 1988. Ayah-Ibunya asli Flores, tapi entah kenapa ia malah nyasar kuliah di Jogja. Padahal, kedua orang tuanya kini bertempat tinggal di Jakarta. Sedangkan Afril bermukim di Jogja tanpa sanak saudara.
Sebagai mahasiswa FISIP UAJY angkatan 2007, program studi Sosiologi, Afril ternyata seorang pemerhati budaya. Ia sangat terobsesi melestarikan budaya-budaya, khususnya budaya Flores. Sampai saat ini, Afril tidak memiliki cita-cita spesifik. Studinya di sosiologi merupakan salah satu upaya memenuhi ketertarikannya pada budaya.
Selain mencintai budaya, Afril juga mencintai alam. Saat ini ia tergabung dalam Palawa (Pecinta Alam Mahasiswa). Sudah banyak gunung yang ia jelajahi, empat di antaranya Gunung Raung, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Gunung Slamet.
Dari sekian banyak gunung yang sudah didaki, Gunung Raung di Jawa Timur memberi kesan mendalam baginya. “Di sana tuh susah menemukan mata air, apalagi jalurnya rumit. Tapi gak apa-apa kok... buktinya (aku) masih hidup sampai sekarang,” begitu selorohnya. Pelajaran yang dapat diambil dari setiap pendakian gunung adalah bagaimana mengontrol diri menghadapi tantangan atau cobaan.
Sudah dua kali berturut-turut, Afril mengikuti kepanitiaan inisiasi. Divisi Keamanan menjadi incarannya. Menurutnya, divisi Keamanan dari tahun ke tahun selalu menjadi divisi yang kompak. “Yah, memang sih terkadang kita membuat masalah, atau nyeleneh dikit, tapi kita tetep bisa diandalkan dan bertanggung jawab kok!”
Harapan Afril untuk inisiasi lebih pada penggunaan dana acara. Jika inisiasi FISIP UAJY 2009 fix dilakukan selama lima hari, ia berharap agar dana dapat ditekan semaksimal mungkin. Walau dana minimal, tapi penyelenggaraan inisiasi haruslah maksimal. Semata-mata agar inisiasi RT 05 FISIP dapat berjalan sukses.
Selain harapan, ada pula kekecewaan berkaitan dengan inisiasi. Waktu pelaksaanaan inisiasi ternyata bertepatan dengan daftar ulang mahasiswa baru gelombang dua. Artinya, jumlah mahasiswa yang mengikuti inisiasi tidak dapat dipastikan.
Banyak mahasiswa baru yang berpeluang tidak mengikuti inisiasi karena belum mendaftar ulang. Menurut Afril, pihak kampus sering tidak melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat seluruh waktu, tenaga, dan pikiran yang dicurahkan mahasiswa untuk membuat suatu kegiatan (baca: inisiasi) bisa menjadi sia-sia.
Sudah menjadi rahasia umum kalau jumlah kawan-kawan Sosiologi tuh lebih kecil dibandingkan anak-anak Komunikasi. Di angkatan 2008, terdapat 12 anak sosiologi di antara ratusan anak komunikasi.
Sedikitnya kuantitas anak sosiologi berimbas pada minimnya partisipasi mereka dalam kegiatan-kegiatan FISIP UAJY. Kepanitiaan Inisiasi FISIP UAJY 2009 misalnya, hanya tiga orang saja berlatar belakang Sosiologi. Itu masih ditambah dengan tidak ada seorang pun berasal dari angkatan 2008. Nah... salah satu dari tiga orang tersebut bernama Afril.
Kesan pertamaku melihat cowok ini tentu saja: Sangar! Wah ngeri deh mau buat janji wawancara. Tetapi penilaianku itu langsung berubah total setelah melihat senyum manis yang selalu dipamerkannya. Hmm, ternyata kawan-kawan divisi Keamanan gak melulu orang-orang sangar tuh…
Afrildus, dilahirkan di sebuah rumah sakit -yang terlupakan namanya- di Jakarta, 18 April 1988. Ayah-Ibunya asli Flores, tapi entah kenapa ia malah nyasar kuliah di Jogja. Padahal, kedua orang tuanya kini bertempat tinggal di Jakarta. Sedangkan Afril bermukim di Jogja tanpa sanak saudara.
Sebagai mahasiswa FISIP UAJY angkatan 2007, program studi Sosiologi, Afril ternyata seorang pemerhati budaya. Ia sangat terobsesi melestarikan budaya-budaya, khususnya budaya Flores. Sampai saat ini, Afril tidak memiliki cita-cita spesifik. Studinya di sosiologi merupakan salah satu upaya memenuhi ketertarikannya pada budaya.
Selain mencintai budaya, Afril juga mencintai alam. Saat ini ia tergabung dalam Palawa (Pecinta Alam Mahasiswa). Sudah banyak gunung yang ia jelajahi, empat di antaranya Gunung Raung, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Gunung Slamet.
Dari sekian banyak gunung yang sudah didaki, Gunung Raung di Jawa Timur memberi kesan mendalam baginya. “Di sana tuh susah menemukan mata air, apalagi jalurnya rumit. Tapi gak apa-apa kok... buktinya (aku) masih hidup sampai sekarang,” begitu selorohnya. Pelajaran yang dapat diambil dari setiap pendakian gunung adalah bagaimana mengontrol diri menghadapi tantangan atau cobaan.
Sudah dua kali berturut-turut, Afril mengikuti kepanitiaan inisiasi. Divisi Keamanan menjadi incarannya. Menurutnya, divisi Keamanan dari tahun ke tahun selalu menjadi divisi yang kompak. “Yah, memang sih terkadang kita membuat masalah, atau nyeleneh dikit, tapi kita tetep bisa diandalkan dan bertanggung jawab kok!”
Harapan Afril untuk inisiasi lebih pada penggunaan dana acara. Jika inisiasi FISIP UAJY 2009 fix dilakukan selama lima hari, ia berharap agar dana dapat ditekan semaksimal mungkin. Walau dana minimal, tapi penyelenggaraan inisiasi haruslah maksimal. Semata-mata agar inisiasi RT 05 FISIP dapat berjalan sukses.
Selain harapan, ada pula kekecewaan berkaitan dengan inisiasi. Waktu pelaksaanaan inisiasi ternyata bertepatan dengan daftar ulang mahasiswa baru gelombang dua. Artinya, jumlah mahasiswa yang mengikuti inisiasi tidak dapat dipastikan.
Banyak mahasiswa baru yang berpeluang tidak mengikuti inisiasi karena belum mendaftar ulang. Menurut Afril, pihak kampus sering tidak melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat seluruh waktu, tenaga, dan pikiran yang dicurahkan mahasiswa untuk membuat suatu kegiatan (baca: inisiasi) bisa menjadi sia-sia.

0 komentar:
Posting Komentar