ditulis oleh Paulina Damayanti
Setelah tahun 2007 lalu ia sempat menjadi panitia inisiasi, tepatnya sebagai pendamping kelompok, di tahun 2009, cowok yang semasa kecilnya mempunyai cita-cita menjadi pilot ini kembali bergabung menjadi panitia inisiasi, kali ini memperkuat divisi Perlengkapan.
Saat ditanya lebih enjoy mana menjadi seorang dampok atau perkap, cowok yang bertubuh kurus ini mengaku menyukai keduanya.”Tapi kalau ditanya ‘yang paling’ jujur aku lebih menyukai jadi dampok, walaupun capek dan butuh tanggung jawab ekstra, tapi aku suka itu. Justru di situlah nikmatnya.”
Cowok kelahiran Yogyakarta, 6 November 1988 ini adalah Sandi Tatto, yang biasa dipanggil Tatto.”Nama Tatto itu sebenarnya terinspirasi dari tetangga ayahku, yang konon katanya sangat pandai berbahasa Inggris, jadi diharapkan aku bisa jadi kayak dia, yaitu jago bahasa Inggris.” Namun kenyataannya nasib berkata lain, Tatto mengaku tidak begitu fasih menggunakan salah satu bahasa internasional itu.
Karena kurang fasih dalam berbahasa Inggris itu pulalah yang membawanya kuliah di FISIP UAJY. Awalnya alumni SMA Pangudi Luhur Jogja ini selepas SMA ingin melanjutkan kuliah di PBI Sanata Dharma, namun karena dia kurang menguasai bahasa Inggris maka cowok punyuka warna hitam inipun tidak diterima. Pilihan keduanya jatuh di FISIP UAJY, dan kuliahnya dia sekarang di kampus kita tercinta ini.
Fotografi memang menjadi salah satu minat mahasiswa yang mengambil konsentrasi studi jurnalistik ini. Selama tiga tahun di FJK, dia semakin mencintai dunia fotografi, banyak hal-hal baru dapat ia temukan di UKM ini.”Selain itu anak-anak FJK juga asyik-asyik, udah kayak saudara sendiri.”
Selain fotografi, ternyata Tatto juga jago dalam break dance. Paling tidak sudah empat kali dia juara satu. Bahkan kejuaraan tersebut berskala nasional. Salah satu yang membuatnya bangga adalah saat dia berhasil menjadi juara satu di acara Lets Dance yang disiarkan oleh salah satu stasiun TV swasta.
Cowok yang ternyata alergi debu ini menyukai break dance sejak SMP. “Tapi waktu itu aku cuma pengagum aja, belum mulai belajar.” SMA kelas 2, Tatto mulai mendalami break dance dan menjuarai berbagai perlombaan baik tingkat provinsi ataupun lingkup nasional.
Sayangnya, sekarang cowok yang punya hobi travelling ini tidak aktif lagi latihan break dance. Hal tersebut dikarenakan cedera engkel di kakinya.”Itu gara-gara aku kepleset di depan Ruang Kemahasiswaan, sampai sekarang kakiku kadang masih sakit. Makanya aku belum berani buat tampil lagi.”
Menutup wawancara, cowok penyuka nasi padang ini berharap,”semoga inisiasi ini bisa benar-benar berguna baik bagi maba dan panitia.”
Setelah tahun 2007 lalu ia sempat menjadi panitia inisiasi, tepatnya sebagai pendamping kelompok, di tahun 2009, cowok yang semasa kecilnya mempunyai cita-cita menjadi pilot ini kembali bergabung menjadi panitia inisiasi, kali ini memperkuat divisi Perlengkapan.
Saat ditanya lebih enjoy mana menjadi seorang dampok atau perkap, cowok yang bertubuh kurus ini mengaku menyukai keduanya.”Tapi kalau ditanya ‘yang paling’ jujur aku lebih menyukai jadi dampok, walaupun capek dan butuh tanggung jawab ekstra, tapi aku suka itu. Justru di situlah nikmatnya.”
Cowok kelahiran Yogyakarta, 6 November 1988 ini adalah Sandi Tatto, yang biasa dipanggil Tatto.”Nama Tatto itu sebenarnya terinspirasi dari tetangga ayahku, yang konon katanya sangat pandai berbahasa Inggris, jadi diharapkan aku bisa jadi kayak dia, yaitu jago bahasa Inggris.” Namun kenyataannya nasib berkata lain, Tatto mengaku tidak begitu fasih menggunakan salah satu bahasa internasional itu.
Karena kurang fasih dalam berbahasa Inggris itu pulalah yang membawanya kuliah di FISIP UAJY. Awalnya alumni SMA Pangudi Luhur Jogja ini selepas SMA ingin melanjutkan kuliah di PBI Sanata Dharma, namun karena dia kurang menguasai bahasa Inggris maka cowok punyuka warna hitam inipun tidak diterima. Pilihan keduanya jatuh di FISIP UAJY, dan kuliahnya dia sekarang di kampus kita tercinta ini.
Fotografi memang menjadi salah satu minat mahasiswa yang mengambil konsentrasi studi jurnalistik ini. Selama tiga tahun di FJK, dia semakin mencintai dunia fotografi, banyak hal-hal baru dapat ia temukan di UKM ini.”Selain itu anak-anak FJK juga asyik-asyik, udah kayak saudara sendiri.”
Selain fotografi, ternyata Tatto juga jago dalam break dance. Paling tidak sudah empat kali dia juara satu. Bahkan kejuaraan tersebut berskala nasional. Salah satu yang membuatnya bangga adalah saat dia berhasil menjadi juara satu di acara Lets Dance yang disiarkan oleh salah satu stasiun TV swasta.
Cowok yang ternyata alergi debu ini menyukai break dance sejak SMP. “Tapi waktu itu aku cuma pengagum aja, belum mulai belajar.” SMA kelas 2, Tatto mulai mendalami break dance dan menjuarai berbagai perlombaan baik tingkat provinsi ataupun lingkup nasional.
Sayangnya, sekarang cowok yang punya hobi travelling ini tidak aktif lagi latihan break dance. Hal tersebut dikarenakan cedera engkel di kakinya.”Itu gara-gara aku kepleset di depan Ruang Kemahasiswaan, sampai sekarang kakiku kadang masih sakit. Makanya aku belum berani buat tampil lagi.”
Menutup wawancara, cowok penyuka nasi padang ini berharap,”semoga inisiasi ini bisa benar-benar berguna baik bagi maba dan panitia.”
0 komentar:
Posting Komentar