Pagi hingga siang (12/8) maba FISIP UAJY angkatan 2009 disebar ke beberapa titik di Yogyakarta. Weits ada apa tuh? Jangan khawatir, ini bukan drop-dropan pengemis. Tapi ini bagian dari acara Inisiasi FISIP UAJY 2009. Namanya: Kepeksos, alias Kepekaan Sosial.
Yap, Kepeksos kali ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran bahwa hidup di masyarakat itu tak mudah. Para maba juga berperan dan merasakan bagaimana sulitnya menjalankan peran sebagai kelompok masyarakat strata tertentu. Maba disini “dilepas” tanpa atribut mahasiswa FISIP UAJY (dan mereka sebisa mungkin tak memberitahu identitas dirinya). Plus mereka hanya diberi bekal seribu rupiah! Tugasnya? membantu masyarakat, apa pun itu. Ok seperti apa liputannya? Ini dia,
Lempuyangan
Lingkup daerah ini dimulai dari bawah jembatan layang hingga pasar lempuyangan. Pamong Cati dan Pamong Dimas bertanggung jawab terhadap 18 mahasiswa baru di sini. Kedua pamong ditemani pula oleh Nanda sebagai anggota divisi Keamanan.
Salah seorang maba terlihat mondar-mandir di dalam pasar. Cewek berbaju merah dan bercelana basket berwarna hitam ini begitu getol meminta ijin untuk membantu ibu-ibu yang berjualan di pasar. Tetapi, usaha maba itu ternyata gagal lagi dan lagi. Ia akhirnya bergabung dengan teman-teman yang lain dan mencai target kepeksos baru.
Setelah sekian lama menanti, tim Selasar akhirnya berjalan-jalan ke luar pasar. Ternyata ada tiga orang maba yang berperan sebagai juru parkir. Mereka tampak sangat cekatan merapikan motor-motor yang diparkir. Selain itu, mereka juga menarik uang parkir motor-motor yang keluar pasar. Tetapi, uang tersebut mereka berikan kepada juru parkir yang sesungguhnya bertugas di pasar.
Timoho
Banyak hal yang terjadi disini, beberapa maba ada yang masuk ke warung dekat Migelas.mereka membantu untuk mencuci piring, dan juga juga naptol jeans. Ada juga yang membersihkan jalan di toko penjual bensin. Di samping itu, kelompok yang dikawal pamong Arin dan Samgar ini ada yang ngobrol dengan seorang tukang becak. Sampai si penjual Migelas pun bersyukur dengan kedatangan warga RT 05 FISIP yang turut membantu mereka.
Jarang ada yang seperti itu, di daerah ini, makanya masyarakat sekitar cukup bingung dengan beberapa kejadian aneh, yaitu dimana sekelompok orang datang dan tiba-tiba membantu mereka. Di Timoho ini para maba juga ikut membantu penjual warung Burjo untuk membawakan gas dan galon besar.
Galeria
Berbeda dengan maba yang terlihat berkelompok di daerah Lempuyangan, maba di daerah Galeria hingga LIP berpasang-pasangan saat melakukan kepeksos. Bahkan, ada sepasang maba cewek-cowok yang menunggu pekerjaan di angkringan sembari duduk berdekatan dan mengobrol dengan mesranya.
Tampaknya, kepeksos kali ini bukan hanya meningkatkan kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar, tetapi juga kepekaan mereka terhadap ‘teman spesial’ dalam kelompok. Target operasi kepeksos lingkup Galeria-LIP banyak di warung makanan dan angkringan. Kesan pertama melihat maba yang mau mencuci piring di warung adalah hal yang lucu. Bahasa tubuh mereka sangat menjelaskan bahwa mereka tidak terbiasa melakukan kegiatan tersebut. Bahkan untuk mencuci dua piring dalam satu ember saja, sampai harus dua orang yang turun tangan melakukannya.
Pasar Demangan
Di lokasi ini, sekitar pukul 09.30, temen-temen warga kelompok kepeksos 6 sudah melakukan beberapa aktivitas sosial yang menarik, seperti ikut membantu menggoreng ayam di gerobak penjual ayam goreng crispy, mengupas bawang, membantu menjual telur, menjual strawberry, menjual bunga tabur,dan beberapa aktivitas lainnya. Berdasarkan pantauan tim Selasar, bahkan ada beberapa warga yang membantu memecahkan kelapa dan mengupasnya dari batoknya, walaupun mereka tampak kesulitan mengupas kelapa, namun mereka tampak melakukannya dengan semangat.
“Aku tadi membantu ngupasin bawang, habis itu aku bantuin penjual nangka dengan ngupasin nangka, ini tanganku masih ada getahnya, aku juga ngangkutin sampah Kak”, ujar Villy salah seorang warga yang berasal dari keluarga teroris ini dengan antusias.
Janti dan Seturan
Didampingi oleh Tina dan Novi sebagai dampok, April sebagai keamanan dan Fany sebagai P3K, teman-teman mulai melakukan pekerjaannya masing-masing di sepanjang bawah Jembatan Janti. Pekerjaannya meliputi membantu menjual soto, bekerja di bengkel, membantu mencuci piring, dan juga berjualan di sebuah counter HP.
Dari pantauan tim Jurnal, tidak sedikit maba yang hanya menganggur dan tidak melakukan pekerjaan, bukan karena mereka malas, namun karena masih pagi, sehingga belum banyak tamu yang datang ke rumah makan ataupun bengkel, sehingga tidak banyak pekerjaan yang bisa mereka bantu di tempat tersebut.
Berbeda dengan kelompok Tina dan Novi, pagi ini kelompok dua melakukan kegiatan kepeksos di daerah Seturan. Daerahnya meliputi sepanjang Citrouli hingga kampus YKPN, dan juga ke Barat hingga perempatan pertama Selokan Mataram.
Pekerjaan yang dilakukan teman-teman kelompok dua ini antara lain membantu mencuci motor, mencuci piring, berjualan bakso, menjaga toko dan membantu petugas kebersihan mencabuti rumput. Baik kan mereka?
“Acaranya seru, menyenangkan, dan konsepnya bagus. Dari sini aku bisa lebih menghargai uang, karena ternyata mencari uang tuh gak gampang,” kata Nanto dari keluarga KM 05, yang bekerja membantu berjualan bakso bersama dengan Didit dari keluarga Teroris. Ditempat tersebut, mereka membantu menyapu lantai, mengelap meja, membuat sambal dan juga melayani pembeli yang datang.
Batas Kota
Kegiatan di batas kota sendiri kegiatan kepeksos cukup berjalan lancar. Sayangnya masih ada beberapa maba yang kebingungan akan kegiatan yang dilakukan di spot yang tersedia. Kegiatan yang dilakukan maba di spot batas kota sendiri yang meliputi area sekitar Saphire Square hingga perempatan Demangan antara lain jualan koran, membantu mencabuti rumput, hingga menjadi tukang parkir, serta membantu jualan di sebuah warung.
”Tadi bantuin tukang sate dan tukang soto. Trus pas makan snack, digodai sama banci. Akhirnya bancinya minta dikasih 1000, udah kukasih, tapi kayanya dia ga liat. Aku malah dikira ga mau bayar. Akhirnya kami lari dan dilempar buah yang keras. Sampe temen kami yang cewek memar tangannya. Sampe-sampe kami juga diancam mau ditusuk. Akhirnya kami dipindah ke sini.” Ujar maba Adit dan Dito.
Terban
Sepanjang jalan Terban yang ramai, jujur sangat sulit dimana keberadaan maba. Akhirnya setelah kembali ke basecamp, yakni di lapangan terdekat setempat banyak maba dengan wajah puas dan bangga menceritakan apa yang telah mereka lakukan.
Titah, Yudha, dan Bayu sendiri menuturkan bahwa mereka tidak diizinkan untuk membantu cuci piring. Bahkan membantu pemulung pun tidak diizinkan. Mereka sendiri akhirnya diizinkan membantu tukang bangunan. Mereka sendiri mempunyai pendapat tenatang kepeksos kali ini. “Areanya kurang gede, lagipula kerjaannya kurang banyak n bervariasi.”
Pekerjaan lain yang dapat dikerjakan antara lain memecah balok es dan mengupas bawang. Bahkan Dampok di spot tersebut menuturkan saat akan menjemput mabanya. “Ada yang sedang menonton tv di warung soto,” katanya
Sagan
Ada yang dapat dengan baik membantu sesamanya, namun ada pula yang hanya berputar-putar karena tidak mendapat tempat untuk menyalurkan bantuan. Beberapa maba terlihat hanya berjalan berputar-putar di komplek Sagan, dan tampak wajah-wajah desperate yang menggantikan wajah cerah mereka di awal tadi. Begitu pula Diio dan Ayik yang pada awalnya berjalan berdua, namun akhirnya berpisah. Perpisahan mereka memang terlihat seperti sepasang Adam dan Hawa yang berpacaran, mereka berbincang di tengah perempatan kecil di dekat Gabah Resto dan kemudian Ayik memilih untuk meninggalkan Diio. Ayik menuju warung soto sementara Diio berjalan berlawanan arah dengannya. Namun Ayik pun tidak diterima di warung soto tersebut, dengan alasan mereka sudah mempunyai dua orang yang membantu di sana.
Akhir kata, menurut pengamatan Selasar beberapa Maba masih terkesan segan untuk menawarkan bantuan. Mereka masih memilih-milih, namun semangat mereka patut diberi apresiasi lebih. Walaupun berulang kali mereka ditolak, mereka tetap terus mencoba dan tidak menyerah. Dua jempol buat usaha mereka walaupun tetap masih ada yang Segan di Sagan.
(Galuh/Xave/Luci/Uline/Yudha/Pandhu perkap)
Yap, Kepeksos kali ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran bahwa hidup di masyarakat itu tak mudah. Para maba juga berperan dan merasakan bagaimana sulitnya menjalankan peran sebagai kelompok masyarakat strata tertentu. Maba disini “dilepas” tanpa atribut mahasiswa FISIP UAJY (dan mereka sebisa mungkin tak memberitahu identitas dirinya). Plus mereka hanya diberi bekal seribu rupiah! Tugasnya? membantu masyarakat, apa pun itu. Ok seperti apa liputannya? Ini dia,
Lempuyangan
Lingkup daerah ini dimulai dari bawah jembatan layang hingga pasar lempuyangan. Pamong Cati dan Pamong Dimas bertanggung jawab terhadap 18 mahasiswa baru di sini. Kedua pamong ditemani pula oleh Nanda sebagai anggota divisi Keamanan.
Salah seorang maba terlihat mondar-mandir di dalam pasar. Cewek berbaju merah dan bercelana basket berwarna hitam ini begitu getol meminta ijin untuk membantu ibu-ibu yang berjualan di pasar. Tetapi, usaha maba itu ternyata gagal lagi dan lagi. Ia akhirnya bergabung dengan teman-teman yang lain dan mencai target kepeksos baru.
Setelah sekian lama menanti, tim Selasar akhirnya berjalan-jalan ke luar pasar. Ternyata ada tiga orang maba yang berperan sebagai juru parkir. Mereka tampak sangat cekatan merapikan motor-motor yang diparkir. Selain itu, mereka juga menarik uang parkir motor-motor yang keluar pasar. Tetapi, uang tersebut mereka berikan kepada juru parkir yang sesungguhnya bertugas di pasar.
Timoho
Banyak hal yang terjadi disini, beberapa maba ada yang masuk ke warung dekat Migelas.mereka membantu untuk mencuci piring, dan juga juga naptol jeans. Ada juga yang membersihkan jalan di toko penjual bensin. Di samping itu, kelompok yang dikawal pamong Arin dan Samgar ini ada yang ngobrol dengan seorang tukang becak. Sampai si penjual Migelas pun bersyukur dengan kedatangan warga RT 05 FISIP yang turut membantu mereka.
Jarang ada yang seperti itu, di daerah ini, makanya masyarakat sekitar cukup bingung dengan beberapa kejadian aneh, yaitu dimana sekelompok orang datang dan tiba-tiba membantu mereka. Di Timoho ini para maba juga ikut membantu penjual warung Burjo untuk membawakan gas dan galon besar.
Galeria
Berbeda dengan maba yang terlihat berkelompok di daerah Lempuyangan, maba di daerah Galeria hingga LIP berpasang-pasangan saat melakukan kepeksos. Bahkan, ada sepasang maba cewek-cowok yang menunggu pekerjaan di angkringan sembari duduk berdekatan dan mengobrol dengan mesranya.
Tampaknya, kepeksos kali ini bukan hanya meningkatkan kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar, tetapi juga kepekaan mereka terhadap ‘teman spesial’ dalam kelompok. Target operasi kepeksos lingkup Galeria-LIP banyak di warung makanan dan angkringan. Kesan pertama melihat maba yang mau mencuci piring di warung adalah hal yang lucu. Bahasa tubuh mereka sangat menjelaskan bahwa mereka tidak terbiasa melakukan kegiatan tersebut. Bahkan untuk mencuci dua piring dalam satu ember saja, sampai harus dua orang yang turun tangan melakukannya.
Pasar Demangan
Di lokasi ini, sekitar pukul 09.30, temen-temen warga kelompok kepeksos 6 sudah melakukan beberapa aktivitas sosial yang menarik, seperti ikut membantu menggoreng ayam di gerobak penjual ayam goreng crispy, mengupas bawang, membantu menjual telur, menjual strawberry, menjual bunga tabur,dan beberapa aktivitas lainnya. Berdasarkan pantauan tim Selasar, bahkan ada beberapa warga yang membantu memecahkan kelapa dan mengupasnya dari batoknya, walaupun mereka tampak kesulitan mengupas kelapa, namun mereka tampak melakukannya dengan semangat.
“Aku tadi membantu ngupasin bawang, habis itu aku bantuin penjual nangka dengan ngupasin nangka, ini tanganku masih ada getahnya, aku juga ngangkutin sampah Kak”, ujar Villy salah seorang warga yang berasal dari keluarga teroris ini dengan antusias.
Janti dan Seturan
Didampingi oleh Tina dan Novi sebagai dampok, April sebagai keamanan dan Fany sebagai P3K, teman-teman mulai melakukan pekerjaannya masing-masing di sepanjang bawah Jembatan Janti. Pekerjaannya meliputi membantu menjual soto, bekerja di bengkel, membantu mencuci piring, dan juga berjualan di sebuah counter HP.
Dari pantauan tim Jurnal, tidak sedikit maba yang hanya menganggur dan tidak melakukan pekerjaan, bukan karena mereka malas, namun karena masih pagi, sehingga belum banyak tamu yang datang ke rumah makan ataupun bengkel, sehingga tidak banyak pekerjaan yang bisa mereka bantu di tempat tersebut.
Berbeda dengan kelompok Tina dan Novi, pagi ini kelompok dua melakukan kegiatan kepeksos di daerah Seturan. Daerahnya meliputi sepanjang Citrouli hingga kampus YKPN, dan juga ke Barat hingga perempatan pertama Selokan Mataram.
Pekerjaan yang dilakukan teman-teman kelompok dua ini antara lain membantu mencuci motor, mencuci piring, berjualan bakso, menjaga toko dan membantu petugas kebersihan mencabuti rumput. Baik kan mereka?
“Acaranya seru, menyenangkan, dan konsepnya bagus. Dari sini aku bisa lebih menghargai uang, karena ternyata mencari uang tuh gak gampang,” kata Nanto dari keluarga KM 05, yang bekerja membantu berjualan bakso bersama dengan Didit dari keluarga Teroris. Ditempat tersebut, mereka membantu menyapu lantai, mengelap meja, membuat sambal dan juga melayani pembeli yang datang.
Batas Kota
Kegiatan di batas kota sendiri kegiatan kepeksos cukup berjalan lancar. Sayangnya masih ada beberapa maba yang kebingungan akan kegiatan yang dilakukan di spot yang tersedia. Kegiatan yang dilakukan maba di spot batas kota sendiri yang meliputi area sekitar Saphire Square hingga perempatan Demangan antara lain jualan koran, membantu mencabuti rumput, hingga menjadi tukang parkir, serta membantu jualan di sebuah warung.
”Tadi bantuin tukang sate dan tukang soto. Trus pas makan snack, digodai sama banci. Akhirnya bancinya minta dikasih 1000, udah kukasih, tapi kayanya dia ga liat. Aku malah dikira ga mau bayar. Akhirnya kami lari dan dilempar buah yang keras. Sampe temen kami yang cewek memar tangannya. Sampe-sampe kami juga diancam mau ditusuk. Akhirnya kami dipindah ke sini.” Ujar maba Adit dan Dito.
Terban
Sepanjang jalan Terban yang ramai, jujur sangat sulit dimana keberadaan maba. Akhirnya setelah kembali ke basecamp, yakni di lapangan terdekat setempat banyak maba dengan wajah puas dan bangga menceritakan apa yang telah mereka lakukan.
Titah, Yudha, dan Bayu sendiri menuturkan bahwa mereka tidak diizinkan untuk membantu cuci piring. Bahkan membantu pemulung pun tidak diizinkan. Mereka sendiri akhirnya diizinkan membantu tukang bangunan. Mereka sendiri mempunyai pendapat tenatang kepeksos kali ini. “Areanya kurang gede, lagipula kerjaannya kurang banyak n bervariasi.”
Pekerjaan lain yang dapat dikerjakan antara lain memecah balok es dan mengupas bawang. Bahkan Dampok di spot tersebut menuturkan saat akan menjemput mabanya. “Ada yang sedang menonton tv di warung soto,” katanya
Sagan
Ada yang dapat dengan baik membantu sesamanya, namun ada pula yang hanya berputar-putar karena tidak mendapat tempat untuk menyalurkan bantuan. Beberapa maba terlihat hanya berjalan berputar-putar di komplek Sagan, dan tampak wajah-wajah desperate yang menggantikan wajah cerah mereka di awal tadi. Begitu pula Diio dan Ayik yang pada awalnya berjalan berdua, namun akhirnya berpisah. Perpisahan mereka memang terlihat seperti sepasang Adam dan Hawa yang berpacaran, mereka berbincang di tengah perempatan kecil di dekat Gabah Resto dan kemudian Ayik memilih untuk meninggalkan Diio. Ayik menuju warung soto sementara Diio berjalan berlawanan arah dengannya. Namun Ayik pun tidak diterima di warung soto tersebut, dengan alasan mereka sudah mempunyai dua orang yang membantu di sana.
Akhir kata, menurut pengamatan Selasar beberapa Maba masih terkesan segan untuk menawarkan bantuan. Mereka masih memilih-milih, namun semangat mereka patut diberi apresiasi lebih. Walaupun berulang kali mereka ditolak, mereka tetap terus mencoba dan tidak menyerah. Dua jempol buat usaha mereka walaupun tetap masih ada yang Segan di Sagan.
(Galuh/Xave/Luci/Uline/Yudha/Pandhu perkap)
0 komentar:
Posting Komentar