ditulis oleh Paulina Damayanti
Kebanyakan cowok menyukai musik rock, itu biasa. Kebanyakan cowok merupakan penyuka otomotif, itu juga sudah biasa. Tapi kalau cowok yang satu ini merupakan penyuka kuliner alias masak-memasak, tentu merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Dia adalah Sandri Wijaya, yang biasa dipanggil Sandri, seorang cowok berbadan tinggi dan tegap yang punya hobi lain daripada cowok kebanyakan, yaitu hobi memasak.
Cowok kelahiran Jakarta 17 Agustus 1990 ini mengaku mewarisi bakat memasak dari ibunya, Kartini. ”Dari kecil, ibuku sudah ngajarin aku masak, katanya buat bekal nanti kalau aku sudah pisah, gak tinggal sama orang tua lagi.” Sedangkan masakan andalannya adalah masakan Chinese Food dan Japanese food.
Sandri lahir di Jakarta, namun besar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di Kalimantan, anak bungsu dari enam bersaudara ini, dididik dengan keras oleh kedua orang tuanya. Misalnya saja, saat dia duduk di sekolah dasar, dia pernah diajak Ayahnya, Lipimin, untuk tinggal di hutan selama satu hari satu malam.
Pengalaman tersebut, membuat cowok penyuka warna hijau ini menjadi lebih berani, tidak cengeng dan mandiri.”Ibuku pernah bilang, walaupun aku anak bungsu tapi aku tidak boleh manja, dan harus bisa mandiri sejak kecil. Didikan dari orang tuaku yang disiplin dan keras itu ternyata telah mendewasakan aku.”
Selain jago masak, cowok penyuka film action fantasy ini ternyata juga mempunyai bakat dalam dunia tulis menulis. Dia sangat suka menulis cerpen, puisi dan syair lagu.”Tapi selama ini puisi, cerpen dan lagu-laguku belum pernah dipublikasikan dan tidak akan pernah diplublikasikan, karena hanya diperuntukkan untuk cewekku saja,” kata kekasih dari Vivin Viviandini (yang juga terrgabung dalam kepanitiaan inisiasi) ini sambil tersipu malu.
Alumni SMA N 2 Palangkaraya ini sejak awal memang sudah tertarik untuk masuk FISIP UAJY. Awalnya, dia sedikit mendapat paksaan dari ibunya untuk melanjutkan kuliah di Malaysia (fakultas kedokteran), namun, tekad Sandri untuk melanjutkan kuliah di FISIP UAJY sudah bulat, sehingga membuat orang tuanya menyetujuinya untuk kuliah di Yogyakarta.”Karena kata orang, aku tuh pandai berbicara dan merayu, tidak pandai mengobati penyakit, jadi lebih baik aku ke komunikasi daripada ke kedokteran.”
Selama kuliah di FISIP UAJY, pengidola mata kuliah Antropologi ini mengaku belum pernah mengikuti kegiatan ataupun UKM manapun. Menjadi panitia inisiasi FISIP UAJY 2009 divisi Perlengkapan ini merupakan pengalaman pertamanya berorganisasi selama kuliah di FISIP UAJY.
Untuk semester depan, cowok yang mengambil konsentrasi studi PR ini, ingin mengikuti UKM Aikido untuk melatih bela diri, dan Kelompok Profesi PR.com untuk pengembangan bakatnya.
Jika ditanya, rencana setelah lulus kuliah cowok ini mempunyai banyak impian yang ingin dicapai, yaitu ingin menjadi seorang public relation yang kompeten plus seorang novelis handal. Sekaligus menjadi pemilik restoran yang sukses, dengan masakan-masakan andalannya.
“Buat aku, hidup itu belajar, belajar dan belajar, jangan pernah puas dengan kesuksesan yang didapat hari ini, karena kesuksesan yang lebih besar sudah menunggu kita di depan, jadi jangan pernah capek untuk belajar dan terus belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.”
Kebanyakan cowok menyukai musik rock, itu biasa. Kebanyakan cowok merupakan penyuka otomotif, itu juga sudah biasa. Tapi kalau cowok yang satu ini merupakan penyuka kuliner alias masak-memasak, tentu merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Dia adalah Sandri Wijaya, yang biasa dipanggil Sandri, seorang cowok berbadan tinggi dan tegap yang punya hobi lain daripada cowok kebanyakan, yaitu hobi memasak.
Cowok kelahiran Jakarta 17 Agustus 1990 ini mengaku mewarisi bakat memasak dari ibunya, Kartini. ”Dari kecil, ibuku sudah ngajarin aku masak, katanya buat bekal nanti kalau aku sudah pisah, gak tinggal sama orang tua lagi.” Sedangkan masakan andalannya adalah masakan Chinese Food dan Japanese food.
Sandri lahir di Jakarta, namun besar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di Kalimantan, anak bungsu dari enam bersaudara ini, dididik dengan keras oleh kedua orang tuanya. Misalnya saja, saat dia duduk di sekolah dasar, dia pernah diajak Ayahnya, Lipimin, untuk tinggal di hutan selama satu hari satu malam.
Pengalaman tersebut, membuat cowok penyuka warna hijau ini menjadi lebih berani, tidak cengeng dan mandiri.”Ibuku pernah bilang, walaupun aku anak bungsu tapi aku tidak boleh manja, dan harus bisa mandiri sejak kecil. Didikan dari orang tuaku yang disiplin dan keras itu ternyata telah mendewasakan aku.”
Selain jago masak, cowok penyuka film action fantasy ini ternyata juga mempunyai bakat dalam dunia tulis menulis. Dia sangat suka menulis cerpen, puisi dan syair lagu.”Tapi selama ini puisi, cerpen dan lagu-laguku belum pernah dipublikasikan dan tidak akan pernah diplublikasikan, karena hanya diperuntukkan untuk cewekku saja,” kata kekasih dari Vivin Viviandini (yang juga terrgabung dalam kepanitiaan inisiasi) ini sambil tersipu malu.
Alumni SMA N 2 Palangkaraya ini sejak awal memang sudah tertarik untuk masuk FISIP UAJY. Awalnya, dia sedikit mendapat paksaan dari ibunya untuk melanjutkan kuliah di Malaysia (fakultas kedokteran), namun, tekad Sandri untuk melanjutkan kuliah di FISIP UAJY sudah bulat, sehingga membuat orang tuanya menyetujuinya untuk kuliah di Yogyakarta.”Karena kata orang, aku tuh pandai berbicara dan merayu, tidak pandai mengobati penyakit, jadi lebih baik aku ke komunikasi daripada ke kedokteran.”
Selama kuliah di FISIP UAJY, pengidola mata kuliah Antropologi ini mengaku belum pernah mengikuti kegiatan ataupun UKM manapun. Menjadi panitia inisiasi FISIP UAJY 2009 divisi Perlengkapan ini merupakan pengalaman pertamanya berorganisasi selama kuliah di FISIP UAJY.
Untuk semester depan, cowok yang mengambil konsentrasi studi PR ini, ingin mengikuti UKM Aikido untuk melatih bela diri, dan Kelompok Profesi PR.com untuk pengembangan bakatnya.
Jika ditanya, rencana setelah lulus kuliah cowok ini mempunyai banyak impian yang ingin dicapai, yaitu ingin menjadi seorang public relation yang kompeten plus seorang novelis handal. Sekaligus menjadi pemilik restoran yang sukses, dengan masakan-masakan andalannya.
“Buat aku, hidup itu belajar, belajar dan belajar, jangan pernah puas dengan kesuksesan yang didapat hari ini, karena kesuksesan yang lebih besar sudah menunggu kita di depan, jadi jangan pernah capek untuk belajar dan terus belajar untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.”
0 komentar:
Posting Komentar