Awal dia masuk FISIP UAJY tahun 2007 saya sama sekali tak menyangka kalau dirinya adalah seorang yang ceplas-ceplos. Jauh dari kesan awal saya yang mengira dia adalah seorang pendiam. Yap, pertama kali bertemu dengannya kira-kira 1,5 tahun lalu. Tepatnya di acara kumpul-kumpul di kafe Blandongan, Gowok, Yogyakarta.
ditulis oleh Hendy Adhitya
Nama lengkapnya Calvin Damas Emil. Ia mengakui dirinya merupakan peranakan Jawa-Batak. Meski lahir dengan darah “setengah” Batak, cowok yang akrab dipanggil dengan sebutan Toink ini sama sekali tak bisa berbahasa daerah Batak.
Belum lama ini saya beberapa kali “menangkap basah” dirinya sedang bersepeda sore hari di jalan Selokan Mataram menuju ke kawasan Seturan. Apa itu hobi barunya? “Kalo naek sepeda, kebetulan itu (sepeda) punya saudara atau pinjam dari teman, alasan olahraga aja, bukan hobi,” ujarnya.
Saat saya mencoba mengulik kehidupan masa SMA-nya, alumnus SMA Van Lith Muntilan, Jawa Tengah ini ternyata adalah anak band. Tidak main-main, bandnya pernah meraih gelar Juara 1 lomba band se-Muntilan. Ia dan bandnya berhasil menyingkirkan grup musik yang diikuti pelajar-pelajar SMA daerah Muntilan itu.
“Nama bandnya Sandal Jepit. Personilnya cuma empat. (Nama itu diambil karena) sandal jepit fleksibel (penggunaannya) banyak orang yang pakai juga,” kenang Toink yang kala itu pembetot bass di bandnya.
Kenapa tidak dilanjutkan? “Pernah kepikiran sih, Catur (Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2007) itu yang ajak nge-band lagi. pernah nge-band tapi udah bukan personel kemaren,” katanya. Saat bermain dengan personil baru, ia merasa ada hal yang kurang, tepatnya sesuatu yang ia tidak peroleh saat bersama teman-teman SMA-nya dahulu. “Aneh rasanya gak kayak yg udah-udah. Akhirnya ya udah, kita tunda (stop) dulu aja,” lanjutnya.
Kemudian ia memutuskan banting setir ke dunia fotografi. Pengidola fotografer Robert Capa ini mencintai dunia foto awalnya hanya kagum melihat karya-karya visual cetak dua dimensi itu. Tapi berkat ketekunannya, Toink pernah didaulat menjabat ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi Jurnalistik Klub di FISIP UAJY.
Tak cuma itu, di kepanitiaan inisiasi kali ini, berkat hobinya yang suka potret memotret, dia berkiprah menjadi anggota divisi Dokumentasi. Untuk kepanitiaan yang sama, ia sudah dua kali nyemplung di sini. Di divisi yang serupa juga.
“Tahun lalu tuh bener aku pengin di foto, eh ternyata tahun lalu tuh teman-teman satu divisi (di bidang) fotografi semua, gak ada orang videonya. sebelumnya aku gak pernah megang video jadi 'berantakan' deh (hasil yang kemarin) hahaha.”
“Nah (kepanitiaan) sekarang pembagiannya lebih jelas. Tahun ini diharapkan (usaha saya) bisa maksimal. Jujur ini terakhir kali jadi panitia (inisiasi). Tahun ini mau bikin yang bener-bener 'Wah!'. Pokoknya bikin yang gak nyangka, Apa itu? Itu masih rahasia, hahaha,” tutup Toink.
Ok tunggu saja karya teman-teman Dokumentasi. Long Live Oposisi!
ditulis oleh Hendy Adhitya
Nama lengkapnya Calvin Damas Emil. Ia mengakui dirinya merupakan peranakan Jawa-Batak. Meski lahir dengan darah “setengah” Batak, cowok yang akrab dipanggil dengan sebutan Toink ini sama sekali tak bisa berbahasa daerah Batak.
Belum lama ini saya beberapa kali “menangkap basah” dirinya sedang bersepeda sore hari di jalan Selokan Mataram menuju ke kawasan Seturan. Apa itu hobi barunya? “Kalo naek sepeda, kebetulan itu (sepeda) punya saudara atau pinjam dari teman, alasan olahraga aja, bukan hobi,” ujarnya.
Saat saya mencoba mengulik kehidupan masa SMA-nya, alumnus SMA Van Lith Muntilan, Jawa Tengah ini ternyata adalah anak band. Tidak main-main, bandnya pernah meraih gelar Juara 1 lomba band se-Muntilan. Ia dan bandnya berhasil menyingkirkan grup musik yang diikuti pelajar-pelajar SMA daerah Muntilan itu.
“Nama bandnya Sandal Jepit. Personilnya cuma empat. (Nama itu diambil karena) sandal jepit fleksibel (penggunaannya) banyak orang yang pakai juga,” kenang Toink yang kala itu pembetot bass di bandnya.
Kenapa tidak dilanjutkan? “Pernah kepikiran sih, Catur (Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2007) itu yang ajak nge-band lagi. pernah nge-band tapi udah bukan personel kemaren,” katanya. Saat bermain dengan personil baru, ia merasa ada hal yang kurang, tepatnya sesuatu yang ia tidak peroleh saat bersama teman-teman SMA-nya dahulu. “Aneh rasanya gak kayak yg udah-udah. Akhirnya ya udah, kita tunda (stop) dulu aja,” lanjutnya.
Kemudian ia memutuskan banting setir ke dunia fotografi. Pengidola fotografer Robert Capa ini mencintai dunia foto awalnya hanya kagum melihat karya-karya visual cetak dua dimensi itu. Tapi berkat ketekunannya, Toink pernah didaulat menjabat ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi Jurnalistik Klub di FISIP UAJY.
Tak cuma itu, di kepanitiaan inisiasi kali ini, berkat hobinya yang suka potret memotret, dia berkiprah menjadi anggota divisi Dokumentasi. Untuk kepanitiaan yang sama, ia sudah dua kali nyemplung di sini. Di divisi yang serupa juga.
“Tahun lalu tuh bener aku pengin di foto, eh ternyata tahun lalu tuh teman-teman satu divisi (di bidang) fotografi semua, gak ada orang videonya. sebelumnya aku gak pernah megang video jadi 'berantakan' deh (hasil yang kemarin) hahaha.”
“Nah (kepanitiaan) sekarang pembagiannya lebih jelas. Tahun ini diharapkan (usaha saya) bisa maksimal. Jujur ini terakhir kali jadi panitia (inisiasi). Tahun ini mau bikin yang bener-bener 'Wah!'. Pokoknya bikin yang gak nyangka, Apa itu? Itu masih rahasia, hahaha,” tutup Toink.
Ok tunggu saja karya teman-teman Dokumentasi. Long Live Oposisi!
0 komentar:
Posting Komentar