ditulis oleh Kade Galuh
“Aku belum siap lulus,” ungkapnya di sela-sela perbincangan. Wooww…! Alasan yang amat sangat tidak konvensional ini meluncur begitu saja dari bibir salah satu panitia inisiasi RT 05 FISIP. Kelulusan bagi mahasiswa “betah” sepertinya memang menjadi dilema di FISIP UAJY. Para petinggi seperti dekanat ataupun rektorat tentu menginginkan agar mahasiswa cepat hengkang dari kampus. Apalagi sudah ditetapkan bahwa masa studi mahasiswa antara empat hingga lima tahun. Alasan yang diberikan atas peraturan itu agar beban pengajaran dosen tidak terus bertambah dari tahun-tahun akibat angkatan lama yang tidak kunjung menghilang dari peredaran kampus.
Hendy Adhitya, mahasiswa FISIP UAJY angkatan 2005 jurusan Jurnalisme ini tergabung dalam kepanitiaan inisiasi divisi Jurnal. Dilihat dari penampilannya, Hendy ini sudah mencerminkan sosok wartawan tulen.
Ia memang doyan menggoreskan penanya dalam secarik kertas. Ia bahkan bercita-cita menjadi penulis. “Penulis apa saja, tidak sebatas menjadi wartawan,”ungkapnya.
Menjadi angkatan tertua dalam kepanitiaan inisiasi kali ini, tidak membuatnya malu untuk berkarya. Justru, Hendy semakin dipenuhi ide-ide gila yang ingin diwujudkannya sebagai panitia dalam inisiasi yang kali ketiga untuknya. Salah satu karya luar biasa yang baru bisa terwujud dalam inisiasi adalah Selasar Online.
Mahasiswa kelahiran Jakarta, 12 Agustus 1987 ini memiliki moto “Remajakan dan Bebaskan Pemikiranmu”. Setiap hari, kita akan bertemu dengan sesuatu yang terkadang menghambat pemikiran kita. Berbagai idealisme yang sudah dianut oleh seseorang, sering membuat beberapa orang sulit menerima pemikiran-pemikiran yang baru. Oleh karena itu meremajakan pemikiran sekaligus membebaskan dari berbagai kekangan perlu dilakukan oleh siapa saja. Wah, pokoknya berbincang dengan Hendy perlu perhatian ekstra untuk mencerna kata-kata yang ia lontarkan.
Hendy juga sempat dijuluki ‘Komunis’ oleh sohib-sohibnya, karena ia memang pernah tergila-gila dengan karya Karl Marx. Pun, ia memang mengakui dirinya komunis secara terang-terangan.
Penyuka lagu-lagu The Beatles ini sangat mengidolakan penulis esai sekaligus redaktur senior Tempo, Gunawan Muhamad. Ia sendiri malah sempat bertemu tokoh idolanya tersebut dalam sebuah pameran lukisan di Magelang. Saking groginya, ia sempat berkali-kali bertanya pada teman-temannya saat itu sekedar memastikan bahwa orang yang dilihatnya adalah Gunawan. Dengan langkah grogi, Hendy berani mendekati sang idola serta bersalaman sembari memperkenalkan dirinya pada Gunawan. Selain esai milik Gunawan, Hendy juga sangat mengidolakan karya-karya Pramoedya.
Meski menyukai buku-buku dan pemikiran kiri, ternyata soal pilihan musik, Hendy justru kontras sekali. Buktinya dia pernah menjadi rapper dadakan saat dirinya di-inisiasi tahun 2005 lalu. “Waktu itu nampilin yel-yel, aku maju ke depan dan nge-rap pake lagu Saykoji ‘So What Gitoo Loh’,”ungkapnya.
Berbicara mengenai inisiasi kali ini, ia berharap agar di event ini panitia sering melakukan kesalahan untuk tahu yang benar. Menurutnya, lewat kesalahan itulah kita akan belajar. “Kalau kamu ingin membangun image-mu, hancurkan dulu image-mu!” ujarnya.
“Aku belum siap lulus,” ungkapnya di sela-sela perbincangan. Wooww…! Alasan yang amat sangat tidak konvensional ini meluncur begitu saja dari bibir salah satu panitia inisiasi RT 05 FISIP. Kelulusan bagi mahasiswa “betah” sepertinya memang menjadi dilema di FISIP UAJY. Para petinggi seperti dekanat ataupun rektorat tentu menginginkan agar mahasiswa cepat hengkang dari kampus. Apalagi sudah ditetapkan bahwa masa studi mahasiswa antara empat hingga lima tahun. Alasan yang diberikan atas peraturan itu agar beban pengajaran dosen tidak terus bertambah dari tahun-tahun akibat angkatan lama yang tidak kunjung menghilang dari peredaran kampus.
Hendy Adhitya, mahasiswa FISIP UAJY angkatan 2005 jurusan Jurnalisme ini tergabung dalam kepanitiaan inisiasi divisi Jurnal. Dilihat dari penampilannya, Hendy ini sudah mencerminkan sosok wartawan tulen.
Ia memang doyan menggoreskan penanya dalam secarik kertas. Ia bahkan bercita-cita menjadi penulis. “Penulis apa saja, tidak sebatas menjadi wartawan,”ungkapnya.
Menjadi angkatan tertua dalam kepanitiaan inisiasi kali ini, tidak membuatnya malu untuk berkarya. Justru, Hendy semakin dipenuhi ide-ide gila yang ingin diwujudkannya sebagai panitia dalam inisiasi yang kali ketiga untuknya. Salah satu karya luar biasa yang baru bisa terwujud dalam inisiasi adalah Selasar Online.
Mahasiswa kelahiran Jakarta, 12 Agustus 1987 ini memiliki moto “Remajakan dan Bebaskan Pemikiranmu”. Setiap hari, kita akan bertemu dengan sesuatu yang terkadang menghambat pemikiran kita. Berbagai idealisme yang sudah dianut oleh seseorang, sering membuat beberapa orang sulit menerima pemikiran-pemikiran yang baru. Oleh karena itu meremajakan pemikiran sekaligus membebaskan dari berbagai kekangan perlu dilakukan oleh siapa saja. Wah, pokoknya berbincang dengan Hendy perlu perhatian ekstra untuk mencerna kata-kata yang ia lontarkan.
Hendy juga sempat dijuluki ‘Komunis’ oleh sohib-sohibnya, karena ia memang pernah tergila-gila dengan karya Karl Marx. Pun, ia memang mengakui dirinya komunis secara terang-terangan.
Penyuka lagu-lagu The Beatles ini sangat mengidolakan penulis esai sekaligus redaktur senior Tempo, Gunawan Muhamad. Ia sendiri malah sempat bertemu tokoh idolanya tersebut dalam sebuah pameran lukisan di Magelang. Saking groginya, ia sempat berkali-kali bertanya pada teman-temannya saat itu sekedar memastikan bahwa orang yang dilihatnya adalah Gunawan. Dengan langkah grogi, Hendy berani mendekati sang idola serta bersalaman sembari memperkenalkan dirinya pada Gunawan. Selain esai milik Gunawan, Hendy juga sangat mengidolakan karya-karya Pramoedya.
Meski menyukai buku-buku dan pemikiran kiri, ternyata soal pilihan musik, Hendy justru kontras sekali. Buktinya dia pernah menjadi rapper dadakan saat dirinya di-inisiasi tahun 2005 lalu. “Waktu itu nampilin yel-yel, aku maju ke depan dan nge-rap pake lagu Saykoji ‘So What Gitoo Loh’,”ungkapnya.
Berbicara mengenai inisiasi kali ini, ia berharap agar di event ini panitia sering melakukan kesalahan untuk tahu yang benar. Menurutnya, lewat kesalahan itulah kita akan belajar. “Kalau kamu ingin membangun image-mu, hancurkan dulu image-mu!” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar